2 KARAKTER MUSLIM YANG HARUS ANDA MILIKI
Keimanan merupakan akar dari sifat-sifat positif dan sumber pencipta
nilai-nilai keislaman yang sebenarnya, dan tidak ada nilai yang mungkin
ada dalam Islam yang tidak berdasarkan keimanan. Seorang muslim yang
mukmin akan mempunyai karakteristik mental yang baik. Diantara karakter
mental muslim sejati itu adalah sabar, tawakal, tidak mudah putus
asa/mempunyai semangat yang besar (pantang menyerah), dan istiqamah.
Kesabaran merupakan salah satu manifestasi mental mulia seorang
muslim yang mukmin ketika menghadapi semua hal baik itu termasuk
kategori musibah atau yang lainnya. Sebab ia menganggap semuanya itu
dari Allah dan yang berhak melakukan atau membuat apapun adalah Allah.
Dan sabar[2] adalah senjata ampuh bagi seorang muslim yang taat. Dalam
hadisnya, Rasul mengatakan :
حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا
حَجَّاجٌ يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ذَكْوَانَ عَنْ
شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ قَالَ
أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ تَبِعَكَ عَلَى
هَذَا الْأَمْرِ قَالَ حُرٌّ وَعَبْدٌ قُلْتُ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ طِيبُ
الْكَلَامِ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ قُلْتُ مَا الْإِيمَانُ قَالَ
الصَّبْرُ وَالسَّمَاحَةُ قَالَ قُلْتُ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ قَالَ قُلْتُ أَيُّ
الْإِيمَانِ أَفْضَلُ قَالَ خُلُقٌ حَسَنٌ قَالَ قُلْتُ أَيُّ الصَّلَاةِ
أَفْضَلُ قَالَ طُولُ الْقُنُوتِ قَالَ قُلْتُ أَيُّ الْهِجْرَةِ أَفْضَلُ
قَالَ أَنْ تَهْجُرَ مَا كَرِهَ رَبُّكَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ قُلْتُ
فَأَيُّ الْجِهَادِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ عُقِرَ جَوَادُهُ وَأُهْرِيقَ
دَمُهُ قَالَ قُلْتُ أَيُّ السَّاعَاتِ أَفْضَلُ قَالَ جَوْفُ اللَّيْلِ
الْآخِرُ ثُمَّ الصَّلَاةُ مَكْتُوبَةٌ مَشْهُودَةٌ حَتَّى يَطْلُعَ
الْفَجْرُ فَإِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ فَلَا صَلَاةَ إِلَّا الرَّكْعَتَيْنِ
حَتَّى تُصَلِّيَ الْفَجْرَ فَإِذَا صَلَّيْتَ صَلَاةَ الصُّبْحِ
فَأَمْسِكْ عَنْ الصَّلَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتْ
الشَّمْسُ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ فِي قَرْنَيْ شَيْطَانٍ وَإِنَّ الْكُفَّارَ
يُصَلُّونَ لَهَا فَأَمْسِكْ عَنْ الصَّلَاةِ حَتَّى تَرْتَفِعَ فَإِذَا
ارْتَفَعَتْ فَالصَّلَاةُ مَكْتُوبَةٌ مَشْهُودَةٌ حَتَّى يَقُومَ الظِّلُّ
قِيَامَ الرُّمْحِ فَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ فَأَمْسِكْ عَنْ الصَّلَاةِ
حَتَّى تَمِيلَ فَإِذَا مَالَتْ فَالصَّلَاةُ مَكْتُوبَةٌ مَشْهُودَةٌ
حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَإِذَا كَانَ عِنْدَ غُرُوبِهَا فَأَمْسِكْ
عَنْ الصَّلَاةِ فَإِنَّهَا تَغْرُبُ أَوْ تَغِيبُ فِي قَرْنَيْ شَيْطَانٍ
وَإِنَّ الْكُفَّارَ يُصَلُّونَ لَهَا (رواه أحمد : 18618)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ
حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ
أَنَسًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى (رواه البخاري)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan
kepada kami Gundar telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Tsabit
berkata aku telah mendengar Anas r.a. dari Nabi Saw. berkata: “ Sabar
ketika awal kejadian (musibah)” (HR. Bukhari).
Setelah ditakhrij[3], ternyata ada hadis lain yang sama baik dari lafalnya maupun maknanya.
Seorang muslim yang mukmin memiliki sikap yang sabar atas segala yang
menimpa dirinya, karena ia menganggap semuanya itu berasal dari allah
Swt. semata tidak dari yang lainnya. Seperti yang termaktub dalam ayat
quran, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[4] dan
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',”[5]
Seorang yang beriman sempurna juga membedakan diri melalui perhatian seksama yang diberikan pada laku ibadahnya. Sepanjang hidup – selama mampu – ia bergairah menegakkan shalat, berpuasa, membayar zakat, yakni, memenuhi laku ibadah yang ditetapkan Allah sebagai wajib. Dalam banyak ayat, Allah memberitahu kita tentang kegirangan yang dirasakan Muslim yang taat selagi menjalankan laku ibadah mereka:
Seorang yang beriman sempurna juga membedakan diri melalui perhatian seksama yang diberikan pada laku ibadahnya. Sepanjang hidup – selama mampu – ia bergairah menegakkan shalat, berpuasa, membayar zakat, yakni, memenuhi laku ibadah yang ditetapkan Allah sebagai wajib. Dalam banyak ayat, Allah memberitahu kita tentang kegirangan yang dirasakan Muslim yang taat selagi menjalankan laku ibadah mereka:
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan
dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang
baik).”[6]
Selain sabar, Sikap yang semestinya dimiliki setiap muslim adalah
tawakal atau berserah diri/pasrah. Akan tetapi pada kenyataanya tidak
semua muslim mempunyai sikap seperti itu. Hal itu dikarenakan hanya
muslim sejatilah yang punya sikap tersebut.
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ
حَدَّثَنَا حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هُبَيْرَةَ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ
الْجَيْشَانِيَّ يَقُولُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ
تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا
وَتَرُوحُ بِطَانًا (رواه الترمذي وابن ماجه)
Telah bercerita kepada kami Abu Abd Rahman telah bercerita kepada kami
Haiwah telah memberi kabar kepadaku Bakar bin ‘Amr bahwasannya dia telah
mendengar ‘Abdullah bin Hurairah berkata bahwasannya dia telah
mendengar Abu Namim al-Jaisaniy berkata mendengar ‘Umar bin Khotob r.a.
berkata bahwasannya dia mendengar Nabi Saw. bersabda “Jika saja kamu
sekalian bertawakal kepada Allah dengan sepenuh hati niscaya Allah akan
memberi rizki untukmu sekalian, sebagaimana Ia memberi rizki kepada
burung, burung itu pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan
keknyang.” (HR. al-Turmudzi dan Ibn majah).
Maksud dari hadis di atas menurut Imam Ahmad adalah tawakal tidak hanya
pasrah begitu saja pada Tuhan, akan tetapi harus ada upaya kerja keras
dan usaha semaksimal mungkin (ikhtiar). Sebab bukan tawakal jika hanya
pasrah menunggu nasib sembari berpangku tangan tanpa berusaha. Sikap
yang seperti itu (hannya pasrah semata) adalah bentuk kesalahpahaman
mengartikan tawakal. Rasulullah memberikan perumpamaan burung dengan
pulang perginya ia justru dalam rangka usaha mencari rizki. Jika burung
itu hanya malas-malasan berdiam diri di sarangnya, tentulah rizkinya
tidak akan datang menghampirinya.
Rasul pun pernah menegur atau memberi nasihat pada seorang badui yang
hanya membiarkan ontanya tidak diikat karena menurut dia itulah cermin
sikap tawakal.
اعقلها وتوكل
“Ikat dan bertawakallah!” (HR. Al-Turmudzi dan al-Tabrani)[7]
Nabi Daud pun pernah memberikan nasihat pada putranya, Sulaiman : “Hai putraku bukti taqwa seseorang ada tiga, yaitu :
Bertawakal secara baik dalam menempuh sesuatu yang belum tercapai.
Lega hati terhadap apa yang telah terlaksana (terjadi pada dirinya).
Sabar dengan lepasnya sesusatu yang telah diraih (dipegang) tanganmu.[8]
Tawakal berarti membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada
selain Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya hanya
kepada-Nya. Seorang muslim sejati (mukmin) hanya akan bertawakal kepada
Allah Swt. semata, itu dijelaskan dalam firman-Nya
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan
kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia,
dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari
apa yang kamu kerjakan.”[9]
Tawakal merupakan salah satu buah dari keimanan. Setiap orang yang
beriman memandang bahwa semua urusan kehidudpan dan semua manfaat serta
madharat ada di tangan Allah, dan ia akan menyerahkan semuanya itu
kepada-Nya semata serta ia rela (ridho) atas segala kehendak-Nya. Dia
tidak takut menghadapi masa depan, tidak akan kaget dengan segala
kejutan. Hatinya akan tetap selalu tenang dan tenteram, karena ia yakin
akan keadilan Allah Swt. Oleh sebab itu, Islam menetapkan bahwa iman
harus diikuti oleh sikap tawakal. Allah berfirman :
“Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah)
yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan
melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya
kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal,
jika kamu benar-benar orang yang beriman".[10]
“(Dia-lah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja.”[11]
Merefleksikan sikap-sikap tersebut pada era sekarang tidaklah mudah.
Akan tetapi walaupun begitu kita harus mencobanya. Sebab dengan
bermental kuat, manusia akan hidup dalam koridor yang benar. Misalnya
ketika menghadapi ujian baik berupa ujian fisik maupun batin, maka
pakailah senjata seorang muslim yang mukmin berupa sabar dan tabah
jangan selalu menghujat Tuhan ataupun yang lainnya. Saat ini banyak
sekali musibah-musibah yang menimpa bangsa kita, bangsa Indonesia. Maka
jikalau kita tidak punya ketahanan mental yang amatm, maka kita akan
tidak bisa mngendalikan keadaan.
0 Response to "KULTUM SINGKAT"
Post a Comment