Kisah ini dikenal dengan kisah ashabul ukhdud
yaitu orang-orang yang membakar orang beriman dalam parit. Orang-orang
yang beriman ini tetap teguh pada keimanan mereka pada Allah, hingga
raja di masa itu marah dan membakar mereka hidup-hidup. Kisah ini
mengajarkan wajibnya bersabar dalam berpegang teguh pada kebenaran
meskipun harus disakiti.
Kisah ini disebutkan dalam firman Allah,
وَالسَّمَاءِ
ذَاتِ الْبُرُوجِ (1) وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ (2) وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ
(3) قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5)
إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ
بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ
يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9)
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang
dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan
terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan
dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka
menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.
Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Buruj: 1-9).Kisah selengkapnya mengenai Ashabul Ukhdud diceritakan dalam hadits yang panjang berikut.
عَنْ
صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كَانَ
مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ
قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّى قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَىَّ غُلاَمًا
أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ. فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلاَمًا يُعَلِّمُهُ فَكَانَ
فِى طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلاَمَهُ
فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ
إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى
الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِى أَهْلِى.
وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِى السَّاحِرُ.
Dari Shuhaib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Dahulu ada seorang raja dari golongan umat sebelum kalian, ia
mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir tersebut berada
dalam usia senja, ia mengatakan kepada raja bahwa ia sudah tua dan ia
meminta agar dikirimkan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya. Maka
ada seorang anak yang diutus padanya. Tukang sihir tersebut lalu
mengajarinya.Di tengah perjalanan ingin belajar, anak ini bertemu seorang rahib (pendeta) dan ia pun duduk bersamanya dan menyimak nasehat si rahib. Ia pun begitu takjub pada nasehat-nasehat yang disampaikan si rahib. Ketika ia telah mendatangi tukang sihir untuk belajar, ia pun menemui si rahib dan duduk bersamanya. Ketika terlambatnya mendatangi tukang sihir, ia dipukul, maka ia pun mengadukannya pada rahib. Rahib pun berkata, “Jika engkau khawatir pada tukang sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau khawatir pada keluargamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku.”
فَبَيْنَمَا
هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتِ
النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمِ الرَّاهِبُ
أَفْضَلُ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ
الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ
الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِىَ النَّاسُ. فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى
النَّاسُ فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ أَىْ
بُنَىَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّى. قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا
أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنِ ابْتُلِيتَ فَلاَ تَدُلَّ عَلَىَّ
Pada suatu saat ketika di waktu ia dalam keadaan yang demikian itu,
lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang besar
yang menghalangi orang banyak (di jalan yang dilalui mereka). Anak itu
lalu berkata, “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu
yang lebih baik ataukah rahib itu.” Ia pun mengambil sebuah batu
kemudian berkata, “Ya Allah, apabila perkara rahib itu lebih dicintai di
sisi-Mu daripada tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga
orang-orang banyak dapat berlalu.” Lalu ia melempar binatang tersebut
dan terbunuh. Lalu orang-orang bisa lewat. Lalu ia mendatangi rahib dan
mengabarkan hal tersebut. Rahib tersebut pun mengatakan, “Wahai anakku,
saat ini engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat
sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya engkau akan mendapat cobaan,
maka jika benar demikian, janganlah menyebut namaku.”
كَانَ
الْغُلاَمُ يُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ وَيُدَاوِى النَّاسَ مِنْ
سَائِرِ الأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِىَ
فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَا هُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ
أَنْتَ شَفَيْتَنِى فَقَالَ إِنِّى لاَ أَشْفِى أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِى
اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ.
فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ
Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit
kulit. Ia pun dapat menyembuhkan orang-orang dari berbagai macam
penyakit. Berita ini pun sampai di telinga sahabat dekat raja yang telah
lama buta. Ia pun mendatangi pemuda tersebut dengan membawa banyak
hadiah. Ia berkata pada pemuda tersebut, “Ini semua bisa jadi milikmu
asalkan engkau menyembuhkanku.” Pemuda ini pun berkata, “Aku tidak dapat
menyembuhkan seorang pun. Yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah. Jika
engkau mau beriman pada Allah, aku akan berdo’a pada-Nya supaya engkau
bisa disembuhkan.” Ia pun beriman pada Allah, lantas Allah
menyembuhkannya.
فَأَتَى
الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ
مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ قَالَ رَبِّى. قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِى
قَالَ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ
حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلاَمِ فَجِىءَ بِالْغُلاَمِ فَقَالَ لَهُ
الْمَلِكُ أَىْ بُنَىَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الأَكْمَهَ
وَالأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ . فَقَالَ إِنِّى لاَ أَشْفِى أَحَدًا
إِنَّمَا يَشْفِى اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى
دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِىءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ
دِينِكَ. فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِى
مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِىءَ بِجَلِيسِ
الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَوَضَعَ
الْمِئْشَارَ فِى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ
Sahabat raja tadi kemudian mendatangi raja dan ia duduk seperti
biasanya. Raja pun bertanya padanya, “Siapa yang menyembuhkan
penglihatanmu?” Ia pun menjawab, “Rabbku.” Raja pun kaget, “Apa engkau
punya Rabb (Tuhan) selain aku?” Sahabatnya pun berkata, “Rabbku dan
Rabbmu itu sama yaitu Allah.” Raja tersebut pun menindaknya, ia terus
menyiksanya sampai ditunjukkan anak yang tadi. (Ketika anak tersebut
datang), raja lalu berkata padanya, “Wahai anakku, telah sampai padaku
berita mengenai sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta dan
berpenyakit kulit, serta engkau dapat melakukan ini dan itu.” Pemuda
tersebut pun menjawab, “Sesungguhnya aku tidaklah dapat menyembuhkan
siapa pun. Yang menyembuhkan adalah Allah.” Mendengar hal itu, raja lalu
menindaknya, ia terus menyiksanya, sampai ditunjukkan pada pendeta yang
menjadi gurunya. (Ketika pendeta tersebut didatangkan), raja pun
memerintahkan padanya, “Kembalilah pada ajaranmu!” Pendeta itu pun
enggan. Lantas didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah
kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala
tersebut. Setelah itu, sahabat dekat raja didatangkan pula, ia pun
diperintahkan hal yang sama dengan pendeta, “Kembalilah pada ajaranmu!”
Ia pun enggan. Lantas (terjadi hal yang sama), didatangkanlah gergaji
dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan
terjatuhlah belahan kepala tersebut.
ثُمَّ
جِىءَ بِالْغُلاَمِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى
فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى
جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ
ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلاَّ فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا
بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا
شِئْتَ. فَرَجَفَ بِهِمُ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِى إِلَى
الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ
كَفَانِيهِمُ اللَّهُ. فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ
اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِى قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ
فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلاَّ فَاقْذِفُوهُ. فَذَهَبُوا بِهِ
فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ. فَانْكَفَأَتْ بِهِمُ
السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِى إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ
الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ.
Kemudian giliran pemuda tersebut yang didatangkan. Ia diperintahkan
hal yang sama, “Kembalikan pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Kemudian anak
itu diserahkan kepada pasukan raja. Raja berkata, “Pergilah kalian
bersama pemuda ini ke gunung ini dan itu. Lalu dakilah gunung tersebut
bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya, lalu ia mau kembali
pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari
gunung tersebut.” Lantas pasukan raja tersebut pergi bersama pemuda itu
lalu mendaki gunung. Lalu pemuda ini berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku
dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Gunung pun lantas berguncang
dan semua pasukan raja akhirnya jatuh. Lantas pemuda itu kembali
berjalan menuju raja. Ketika sampai, raja berkata pada pemuda, “Apa yang
dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala
telah mencukupi dari tindakan mereka.” Lalu pemuda ini dibawa lagi
bersama pasukan raja. Raja memerintahkan pada pasukannya, “Pergilah
kalian bersama pemuda ini dalam sebuah sampan menuju tengah lautan. Jika
ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak,
tenggelamkanlah dia.” Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu
pemuda ini pun berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka
dengan kehendak-Mu.” Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan
raja tenggelam. Pemuda tersebut kembali berjalan mendatangi raja. Ketika
menemui raja, ia pun berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan
teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala telah
mencukupi dari tindakan mereka.”
فَقَالَ
لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِى حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ.
قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ
وَتَصْلُبُنِى عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِى ثُمَّ ضَعِ
السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ
الْغُلاَمِ.
ثُمَّ
ارْمِنِى فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِى. فَجَمَعَ النَّاسَ
فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ
كِنَانَتِهِ ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ
بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ. ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِى
صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِى صُدْغِهِ فِى مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ
فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ
آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ.
Ia pun berkata pada raja, “Engkau tidak bisa membunuhku sampai engkau
memenuhi syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?” Pemuda tersebut
berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di
atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku,
lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.”
Lalu panahlah aku karena jika melakukan seperti itu, engkau pasti akan
membunuhku.” Lantas rakyat pun dikumpulkan di suatu bukit. Pemuda
tersebut pun disalib di pelepah, lalu raja tersebut mengambil anak panah
dari tempat panahnya kemudian diletakkan di busur. Setalah itu, ia
mengucapkan, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.”
Lalu dilepaslah dan panah tersebut mengenai pelipisnya. Lalu pemuda
tersebut memegang pelipisnya tempat anak panah tersebut menancap, lalu
ia pun mati. Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata, “Kami beriman
pada Tuhan pemuda tersebut. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut.”
فَأُتِىَ
الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ قَدْ وَاللَّهِ
نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ قَدْ آمَنَ النَّاسُ. فَأَمَرَ بِالأُخْدُودِ فِى
أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ
يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا. أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ.
فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتِ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِىٌّ لَهَا
فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلاَمُ يَا أُمَّهِ اصْبِرِى فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ
Raja datang, lantas ada yang berkata, “Apa yang selama ini engkau
khawatirkan? Sepertinya yang engkau khawatirkan selama ini benar-benar
telah terjadi. Manusia saat ini telah beriman pada Tuhan pemuda
tersebut.” Lalu raja tadi memerintahkan untuk membuat parit di jalanan
lalu dinyalakan api di dalamnya. Raja tersebut pun berkata, “Siapa yang
tidak mau kembali pada ajarannya, maka lemparkanlah ia ke dalamnya.”
Atau dikatakan, “Masuklah ke dalamnya.” Mereka pun melakukannya, sampai
ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pun begitu tidak berani
maju ketika akan masuk di dalamnya. Anaknya pun lantas berkata, “Wahai ibu, bersabarlah karena engkau di atas kebenaran.” (HR. Muslim no. 3005).
0 Response to "Kisah Orang Beriman yang Dibakar Ashabul Ukhdud"
Post a Comment